welcome to my blog, hopefully useful :)

Senin, 10 Desember 2012

Hormon Tumbuhan

Hormon Tumbuhan

Hormon tumbuhan, atau pernah dikenal juga dengan fitohormon, adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil (di bawah satu milimol per liter, bahkan dapat hanya satu mikromol per liter) dapat mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan. Penggunaan istilah “hormon” sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan. Namun demikian, berbeda dari hewan, hormon tumbuhan dapat bersifat endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan, maupun eksogen, diberikan dari luar sistem individu.
Hormon eksogen dapat juga merupakan bahan non-alami (sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan). Oleh karena itu, untuk mengakomodasi perbedaan ini dipakai pula istilah zat pengatur tumbuh. Hormon tumbuhan merupakan bagian dari sistem pengaturan pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Kehadirannya di dalam sel pada kadar yang sangat rendah menjadi prekursor (“pemicu”) proses transkripsi RNA. Hormon tumbuhan sendiri dirangsang pembentukannya melalui signal berupa aktivitas senyawa-senyawa reseptor sebagai tanggapan atas perubahan lingkungan yang terjadi di luar sel. Kehadiran reseptor akan mendorong reaksi pembentukan hormon tertentu. Apabila konsentrasi suatu hormon di dalam sel telah mencapai tingkat tertentu, atau mencapai suatu nisbah tertentu dengan hormon lainnya, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai berekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.
Hormon tumbuhan tidak dihasilkan oleh suatu kelenjar sebagaimana pada hewan, melainkan dibentuk oleh sel-sel yang terletak di titik-titik tertentu pada tumbuhan, terutama titik tumbuh di bagian pucuk tunas maupun ujung akar. Selanjutnya, hormon akan bekerja pada jaringan di sekitarnya atau, lebih umum, ditranslokasi ke bagian tumbuhan yang lain untuk aktif bekerja di sana. Pergerakan hormon dapat terjadi melalui pembuluh tapis, pembuluh kayu, maupun ruang-ruang antarsel.
Dalam menjalankan perannya, hormon dapat berperan secara tunggal maupun dalam koordinasi dengan kelompok hormon lainnya. Contoh koordinasi antar hormon ditunjukkan oleh proses perkecambahan. Embrio biji tidak tumbuh karena salah satunya dihambat oleh produksi asam absisat dalam jaringan embrio biji. Pada saat biji berada pada kondisi yang sesuai bagi proses perkecambahan, giberelin dihasilkan. Apabila nisbah giberelin: asam absisat tidak mencapai titik tertentu, perkecambahan gagal. Apabila nisbah ini melebihi nilai tertentu, terjadi perkecambahan. Apabila nisbah giberelin: asam absisat masih berada di sekitar ambang, konsentrasi sitokinin menjadi penentu perkecambahan. Terdapat ratusan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dikenal orang, baik yang endogen maupun yang eksogen. Pengelompokan dilakukan untuk memudahkan identifikasi, dan didasarkan terutama berdasarkan perilaku fisiologi yang sama, bukan kemiripan struktur kimia.
Pada saat ini dikenal lima kelompok utama hormon tumbuhan, yaitu auksin (auxins), sitokinin (cytokinins), giberelin (gibberellins, GAs), asam absisat (abscisic acid, ABA), dan etilena (etena, ETH). Selain itu, dikenal pula kelompok-kelompok lain yang berfungsi sebagai hormon tumbuhan namun diketahui bekerja untuk beberapa kelompok tumbuhan atau merupakan hormon sintetik, seperti Oligosakarin dan Brasinosteroid,.
Beberapa senyawa sintetik berperan sebagai inhibitor (penghambat perkembangan). Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetik yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil, memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman).

B.     Macam-macam Hormon pada Tumbuhan
Macam hormon yang terdapat pada tumbuhan, antara lain auksin, sitokinin, giberelin, etilen, dan asam absisat
a)      Auksin
Auksin merupakan hormon yang dapat memacu pemanjangan sel yang berpengaruh pada proses pertumbuhan dan perkembangan. Konsentrasi auksin lebih banyak terdapat pada daerah yang tidak terkena cahaya. Bagi tanaman (batang) yang tidak terkena cahaya akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan bagian lain yang terkena cahaya matahari akibat adanya auksin ini. Pada tumbuhan, auksin dapat ditemukan di embrio biji, meristem tunas apical, dan daun-daun muda. Fungsi auksin pada umumnya adalah:
1.      Merangsang pertumbuhan akar dan mempertahankan sifat geotropisme dari batang.
2.       Merangsang pertumbuhan akar lateral dari serabut akar sehingga meningkatkan penyerapan air dan mineral.
3.      Merangsang pembelahan sel cambium vaskuler
4.      Berpengaruh pada pemanjangan sel, pembelahan sel, dan diferensiasi sel.

b)     Giberelin
Giberelin merupakan hormon yang mirip dengan auksin. Hormon ini ditemukan Oleh P. kurosawa (tahun 1926, di Jepang) pada jamur Giberella fujikuroi. Giberelin di produksi oleh tumbuhan di meristem tunas apical, akar, daun muda, dan embrio.
Fungsi giberelin :
1)      Memacu pertumbuhan buah tanpa biji (partenokarpi)
2)      Menyebabkan tanaman mengalami pertumbuhan raksasa
3)      Meyebabkan tanaman berbunga sebelum waktunya (tidak pada musimnya)
4)      Memacu pembentukan cambium pada tanaman dikotil
5)      Mematahkan dormansi buah dan biji

c)      Sitokinin
Sitokinin ditemukan pada batang tembakau Oleh Skoog dan Miller. Struktur kimia sitokinin mirip dengan adenine (basa nitrogen yang terdapat pada DNA dan ATP). Selain dapat  ditemukan di batang, sitokinin juga dapat di hasilkan di dalam akar dan akan diangkut ke organ yang lain.
Fungsi Sitokinin, antara lain :
1)      Memacau pembelahan sel
2)      Mempercepat pelebaran daun
3)      Mempercepat tumbuhnya akar
4)      Memacu pertunasan lateral pada pucuk batang
5)      Menunda pengguguran daun, Bungan, dan buah.


d)     Etilen
Etilen merupakan satu-satunya hormone tumbuhan yang berbentuk gas. Gas etilen mempercepat pemasakan buah, contohnya pada buah tomat, pisang, apel, dan jeruk. Buah-buah tersebut dipetik dalam keadaan masih mentah dan berwarna hijau. Selanjutnya, buah-buah tersebut dikemas dalam bentuk kotak berventilasi dan diberi gas etilen untuk mempercepat pemasakan buah sehingga buah sampai ditempat tujuan dalam keadaan masak. Selain itu, gas etilen juga menyebabkan penebalan batang dan memacu pembungaan. Oleh karena itu, etilen dapat ditemukan pada jaringan buah yang sedang matang, buku batang, daun, dan bunga yang menua.    
Fungsi gas etilen, yaitu:
1.      Membantu memecahkan dormansi pada tanaman, misalnya pada ubi dan kentang.
2.      Mendukung pematangan buah.
3.      Mendukung terjadinya abscission (pelapukan) pada daun.
4.      Mendukung proses pembungaan.
5.      Menghambat pemanjangan akar pada beberapa spesies tanaman dan dapat menstimulasi pemanjangan batang.
6.      Menstimulasi perkecambahan.
7.      Mendukung terbentuknya bulu-bulu akar.

e)      Asam traumalin
Asam traumalin sebenarnya merupakan hormon hipotetik  yaitu merupakan gabungan beberapa aktivitas hormone yang ada (auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan asam absisat). Apabila tumbuhan mengalami luka atau perlukaan karena gangguan fisik maka akan segera terbentuk cambium gabus. Pembentukan cambium gabus itu terjadi karena adanya pengaruh hormone luka (asam traumalin). Sebenarnya, peristiwa ini merupakan hasil kerja sama antar hormone pada tumbuhan yang di sebut restitusi (regenerasi). Awalnya luka pada tumbuhan akan memacu pengeluaran hormone luka yang kemudian merangsang pembentukan cambium gabus. Pembentukan cambium gabus dilakukan oleh hormone giberelin, selanjutnya, karena pengaruh hormone sitokinin, terbentuklah sel-sel baru yang akan membentuk jaringan penutup luka yang disebut kalus. Asam traumalin ini dapat ditemukan pada dinding sel tumbuhan.

f)       Asam absisat
Asam absisat merupakan hormon yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman (inhibitor) yaitu bekerja berlawanan dengan hormon auksin dan giberelin dengan jalan mengurangi atau memperlambat kecepatan pembelahan dan pembesaran sel. Asam absisat dapat ditemukan pada daun, batang, akar , dan buah biji.

Fungsi dari asam absisat adalah sebagai berikut:
1.      Menghambat perkecambahan biji.
2.      Mempengaruhi pembungaan tanaman.
3.      Memperpanjang masa dormansi umbi-umbian.
4.      Mempengaruhi pucuk tumbuhan untuk melakukan dormansi.

Fungsi lain asam absisat adalah membantu tumbuhan mengatasi dan bertahan pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan (masa dormansi). Dalam keadaan dorman, tumbuhan terlihat seperti mati, tetapi setelah kondisi lingkungan menguntungkan, ia akan tumbuh lagi dan mucul tunas-tunas baru. Contohnya adalah pohon jati yang meranggas pada musim kemarau.


g)      Kalin
Kalin merupakan hormon yang berperan dalam proses organogenesis tumbuhan. Berdasarkan organ yang dibentuk, kalin dikelompokkan sebagai berikut:
·         Rizokalin, yaitu hormon yang mempengaruhi pembentukan akar.
·         Kaulokalin, yaitu hormon yang mempengaruhi pembentukan batang.
·         Filokalin, yaitu hormon yang mempengaruhi pembentukan daun.
·         Antokalin, yaitu hormon yang mempengaruhi pembentukan bunga.
h)     Asam Jasmonat
Fungsi asam jasmonat adalah mengahambat pertumbuhan beberapa bagian tumbuhan tertentu dan sangat kuat mendorong terjadinya penuaan daun.
i)        Poliamina
Fungsi poliamina adalah sebagai re- gulator bagi pertumbuhan tanaman.
j)       Salisilat
Fungsi salisilat adalah untuk memperpanjang daya keawetan. Biasanya digunakan pada buah untuk mencegah jamur dan pada sayuran untuk mencegah hama.


k)     Steroid (Brasinosteroid)
Hormon steroid berasal dari kolesterol dan berstruktur inti perhidrosiklopentanolfenantren yang terbagi atas tiga cincin sikloheksana. Senyawa steroid terdapat pada hewan, tanaman tingkat tinggi bahkan terdapat pula pada beberapa tanaman tingkat rendah seperti jamur (fungi).
l)        Oligosakarin
Oligosakarin (oligossaccaharin) adalah gula berantai pendek yang dilepaskan dari dinding sel melalui kerja enzim hidrolitik pada selulosa dan pektin. Hormon ini memicu respon pertahanan tumbuhan akibat masuknya pathogen. Oligosakarin juga membantu mengatur pertumbuhan ,diferensiasi seluler dan perkembangan bunga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar